Menurut Poyla (1973) , terdapat dua macam masalah di dalam matematika, yaitu:
1) Masalah untuk “menemukan suatu” yang teoritis ataupun praktis, abstrak maupun konkret, termasuk teka-teki. Untuk “menemukan sesuatu” itu landasan dalam menyelesaikan masalah adalah: (a) apa yang dicari?: (b) data apa saja yang telah diketahui?: (c) apa saja syarat-syaratnya?
2) Masalah terkait dengan “membuktian” atau menunjukan bahwa suatu pertanyaan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema harus dibuktikan kebenarannya.
Syarat suatu soal dapat dijadikan sarana pemecahan masalah bagi peserta didik antara lain:
1) pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik harus dapat dimengerti oleh peserta didik tersebut:
2) merupakan tantangan baginya untuk menjawab:
3) tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui si peserta didik, dengan kata lain peserta didik akan mampu menangkap pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah jika peserta didik itu benar-benar mengetahui prinsip-prinsip yang dipelajari sebelumnya: dan
4) peserta didik mengorganisasi kembali pelaman-pengalaman yang lalu untuk menyelesaikan masalah sehingga peserta didik mampu memilih pengalaman-pengalaman yang lalu yang relevan dengan masalah yang dihadapi itu.
Pemecahan masalah didifinisikan oleh Poyla (1975) sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Pemecahan adalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi.
Adapun kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah kempuan peserta didik dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan serta menyelesaikan masalah
Pentingnya mengajarkan pemecahan masalah, yaitu:
(1) peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya:
(2) keputusan intelektual akan timbul dari dalam merupakan hadiah intristik bagi peserta didik:
(3) potensi intelektual peserta didik meningkat: dan
(4) peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses memecahkan masalah
Indikator pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
(1) Memahami masalah.
(2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan.
(3) Menyajikan masalah secara matematis.
(4) Memilih metode pemecahan masalah.
(5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
(6) Menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
(7) Menyelesaikan masalah.
Keterampilan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
1) Memahami masalah: memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
2) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan masalah: misalkan menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika.
3) Menyelesaikan masalah: melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah.
4) Menafsirkan solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah.
Menurut Poyla dalam penerapan masalah, terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:
(1) Memahami masalah.
(2) Merencanakan penyelesaian masalah.
(3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
(4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar